PT RADIO NUANSA FM BOJONEGORO

PT RADIO NUANSA FM BOJONEGORO

PT RADIO NUANSA FM BOJONEGORO


Senin, 08 Desember 2025

Ketahui 5 Jenis Aditif yang Biasa Ditambahkan pada Makanan

Ketahui 5 Jenis Aditif yang Biasa Ditambahkan pada Makanan

Senin, 8 Desember 2025

Zat aditif adalah bahan tambahan pada makanan untuk mengawetkan, menguatkan rasa dan mempercantik tampilan masakan.


Zat aditif adalah bahan tambahan yang dimasukkan ke dalam makanan selama proses memasak. Fungsinya memperlambat proses pembusukan makanan, menjaga nilai gizi dan membuat tekstur kue jadi lebih empuk.

Zat aditif seperti MSG, pewarna buatan, natrium nitrit, guar gum dan sirup jagung tinggi fruktosa umum digunakan dalam beberapa jenis makanan. Beberapa di antaranya snack atau ciki, mie instan dan makanan siap saji.

Batasan jumlah harian zat aditif yang masuk ke dalam tubuh sebesar 120 miligram per kilogram berat badan. Kalau berlebihan, efek keracunan, kerusakan saraf, kejang-kejang, kelainan pertumbuhan, bahkan kemandulan bisa saja terjadi.

Jenis-Jenis Zat Aditif untuk Makanan

1. Monosodium glutamat (MSG)

MSG adalah contoh zat aditif yang digunakan untuk memberikan rasa gurih pada makanan. Bahan ini kerap dicampurkan pada makanan beku, daging olahan, mie instan, keripik, sup kalengan dan hidangan siap saji.

Tak hanya meningkatkan cita rasa saja, MSG juga mengandung lebih sedikit natrium ketimbang garam. Karena itu, penggunaan zat aditif ini tidak memberikan efek peningkatan tekanan darah pada pengidap hipertensi.

Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan, MSG dikaitkan dengan penambahan berat badan dan sindrom metabolik (sekelompok gangguan yang terjadi bersamaan). 

Sindrom metabolik meningkatkan risiko penyakit kronis, termasuk sakit jantung, stroke dan diabetes tipe 2. Dalam kondisi ini, tubuh memberikan sinyal berupa sakit kepala, berkeringat dan mati rasa.

2. Pewarna makanan

Pewarna makanan membuat tampilan hidangan jadi lebih menarik, mempertajam  hingga memberikan variasi warna. Zat aditif ini tak hanya digunakan dalam makanan saja, tapi juga minuman.

Jika dikonsumsi berlebihan, zat aditif ini berdampak pada alergi, insomnia, kerusakan kromosom, rusaknya sel saraf, kanker, gangguan hiperaktif pada anak dan iritasi saluran pencernaan.

Untuk menghindari beberapa dampak yang disebutkan tadi, kamu disarankan untuk menggunakan pewarna alami dari sayuran atau buah-buahan. Beberapa di antaranya daun pandan, daun suji, delima, buah naga dan bit.

3. Natrium nitrit

Zat aditif ini sering digunakan pada daging olahan guna mencegah pertumbuhan bakteri sekaligus menambahkan rasa asin. Namun, dampaknya bisa terjadi jika makanan terkena suhu panas.

Suhu panas memicu terbentuknya asam amino dalam makanan. Proses ini membuat natrium nitrit berubah menjadi senyawa nitrosamin. Senyawa inilah yang menimbulkan efek negatif pada tubuh.

Beberapa dampaknya termasuk peningkatan risiko kanker pada perut, payudara, kandung kemih dan usus besar. Selain beberapa jenis kanker, nitrosamin juga dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 1.

4. Guar gum

Zat aditif ini tersusun dari banyak rangkaian gula seperti pati, kitin dan selulosa. Guar gum umum dipakai sebagai pengental tekstur makanan. Beberapa di antaranya es krim, saus salad dan krim sup.

Zat aditif ini mengandung tinggi serat yang dapat mengurangi intensitas gejala sindrom iritasi usus seperti kembung dan sembelit. Guar gum juga memberikan rasa kenyang lebih lama sehingga nafsu makan jadi lebih terkontrol.

Namun, mengonsumsi guar gum dalam jumlah berlebihan memberikan efek buruk pada kesehatan. Zat aditif ini berpotensi menyebabkan masalah seperti penyumbatan pada kerongkongan dan usus kecil.

5. Sirup jagung tinggi fruktosa

Seperti namanya, zat aditif ini terbuat dari jagung dan sering ditemukan pada soda, jus, permen, sereal sarapan dan makanan ringan. Di dalamnya mengandung gula sederhana yang disebut fruktosa.

Dalam jumlah berlebihan, fruktosa dikaitkan dengan peningkatan berat badan dan risiko diabetes. Zat aditif ini menyebabkan penumpukan lemak perut dan kadar gula darah dalam tubuh.

Bahaya Zat Aditif untuk Kesehatan

Meskipun diizinkan dalam industri makanan, konsumsi zat aditif berlebihan tetap dapat memberikan dampak negatif bagi tubuh.

Risiko ini sangat dipengaruhi oleh frekuensi konsumsi, kondisi kesehatan, hingga usia seseorang. Berikut bahaya yang mungkin muncul:

  • Gangguan metabolik dan peningkatan berat badan
    Zat aditif seperti MSG dan sirup jagung tinggi fruktosa dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, resistensi insulin, dan sindrom metabolik, yang dapat memicu penyakit kronis seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
  • Risiko kanker
    Nitrosamin yang terbentuk dari natrium nitrit ketika terkena panas berpotensi meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker lambung, kandung kemih, payudara, dan usus besar.
  • Kerusakan saraf dan otak
    Pewarna buatan dan beberapa bahan tambahan diketahui dapat memengaruhi sistem saraf, terutama pada anak-anak. Reaksi seperti hiperaktif, gangguan belajar, atau masalah fokus sering dikaitkan dengan konsumsi berlebihan.
  • Iritasi saluran pencernaan
    Pewarna sintetis dan pengental tertentu dapat memicu iritasi lambung, diare, atau kembung. Pada beberapa orang, zat aditif dapat menyebabkan alergi makanan yang ditandai dengan gatal, bengkak, atau ruam.
  • Gangguan fungsi organ
    Konsumsi jangka panjang zat aditif tertentu dapat memengaruhi fungsi hati dan ginjal, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah melampaui batas aman harian (120 mg/kg berat badan).
  • Risiko penyumbatan pencernaan
    Guar gum yang dikonsumsi berlebihan berpotensi menyebabkan penyumbatan pada kerongkongan atau usus kecil, terutama jika tidak diimbangi dengan asupan cairan yang cukup.

Karena risiko-risiko ini dapat muncul secara bertahap, penting bagi kamu untuk membaca label makanan, membatasi konsumsi produk olahan, dan lebih banyak memilih bahan segar dalam menu harian.

Alternatif Bahan yang Lebih Aman

Meskipun zat aditif umum dipakai untuk meningkatkan cita rasa, warna, atau daya simpan makanan, kamu tetap bisa memilih alternatif yang lebih aman, terutama jika ingin meminimalkan risiko kesehatan jangka panjang.

Sejumlah bahan alami berikut dapat menggantikan fungsi zat aditif buatan tanpa memberikan efek samping berlebihan:

  • Penyedap rasa alami
    Daripada menggunakan MSG berlebihan, kamu bisa memilih kaldu ayam atau sapi rumahan, jamur, rumput laut, bawang putih, bawang merah, atau tomat. Bahan-bahan ini mengandung glutamat alami yang memberikan rasa gurih tanpa risiko berlebih.
  • Pewarna alami
    Warna-warna menarik bisa kamu dapatkan dari bahan segar seperti daun suji dan pandan (hijau), buah naga dan bit (merah), kunyit (kuning), dan bunga telang (biru). Selain aman, warna alami juga menambah nilai gizi.
  • Pengawet alami
    Cuka, garam, gula, lemon, dan madu sudah digunakan sebagai pengawet sejak lama. Senyawa antioksidan di dalamnya membantu memperlambat proses pembusukan makanan tanpa menambah risiko kanker atau kelainan sel.
  • Pengental alami
    Tepung maizena, tepung tapioka, agar-agar, gelatin, dan chia seed dapat digunakan sebagai pengental makanan. Selain aman, sebagian juga menawarkan manfaat kesehatan, seperti serat yang membantu pencernaan.
  • Pemanis alami
    Jika ingin menghindari sirup jagung tinggi fruktosa, kamu bisa memilih madu murni, gula kelapa, kurma, atau maple syrup. Meski tetap harus dibatasi, alternatif alami tidak memberikan efek merusak metabolisme sekeras fruktosa dalam jumlah tinggi.

Dengan menggunakan bahan-bahan alami ini, kamu dapat mengurangi paparan zat aditif sintetis dan meminimalkan risiko gangguan kesehatan jangka panjang.


Sumber : halodoc.com

Sabtu, 06 Desember 2025

Ini 5 Manfaat Buah Senna untuk Kesehatan Tubuh yang Jarang Diketahui

Ini 5 Manfaat Buah Senna untuk Kesehatan Tubuh yang Jarang Diketahui

Sabtu, 6 Desember 2025

Buah senna bisa jadi pilihan bahan alami untuk mengatasi sembelit, perut kembung, mencegah berbagai penyakit, serta meningkatkan sistem imunitas tubuh.


Senna atau Cassia angustifolia adalah tanaman yang memiliki beragam manfaat untuk kesehatan tubuh. Tanaman berwarna kuning ini banyak ditemukan di wilayah Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia. 

Senna jadi salah satu buah yang kerap dimanfaatkan untuk mengatasi sembelit. Sebab, di dalam buah ini terkandung senyawa aktif yang dapat membersihkan usus dan mengoptimalkan fungsi kerja organ pencernaan. 

Yuk, simak ulasan selengkapnya mengenai manfaat buah senna untuk kesehatan tubuh, berikut ini!

Manfaat Buah Senna untuk Kesehatan Tubuh

Berikut ini sejumlah manfaat buah senna untuk kesehatan tubuh yang jarang diketahui: 

1. Membantu melancarkan buang air besar

Buah senna bisa jadi pilihan obat pencahar alami untuk orang yang kesulitan buang air besar (sembelit). 

National Cancer Institute menyebut bahwa, kandungan bahan aktif seperti hydroxyanthracene glycosides sennosides A, B, C, dan D di dalam buah senna akan bekerja merangsang otot-otot di usus dan membersihkan usus, sehingga tinja menjadi lebih mudah keluar. 

Penggunaan bahan alami yang satu ini bahkan sudah disetujui oleh Food and Drugs Administration (FDA). 

2. Mengurangi perut kembung

Kandungan di dalam buah dan daun senna mampu merangsang gerakan usus menjadi lebih optimal. Hal ini juga dapat membantumu mengurangi perut kembung.  

Perut kembung biasanya terjadi karena kelebihan gas di dalam perut. Pada beberapa kondisi, perut kembung memicu rasa tidak nyaman disertai dengan perut yang terlihat buncit. 

3. Mencegah penyakit akibat radikal bebas

Buah senna kaya akan antioksidan alami yang baik untuk mendukung kesehatan tubuh. 

Antioksidan berperan penting dalam melindungi tubuh dari radikal bebas yang memicu penyakit seperti gangguan pernapasan, stroke, jantung, tekanan darah tinggi, hingga Alzheimer. 

4. Menyehatkan kulit

Antioksidan dalam buah senna juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit. Senyawa yang satu ini mampu menghambat, menunda, mencegah, serta memperlambat reaksi oksidasi di kulit, meskipun dalam jumlah yang kecil. 

Kamu bisa menggunakannya untuk mengurangi garis halus dan kerutan, mengurangi bintik hitam, meredakan jerawat, serta membantu meningkatkan produksi kolagen. 

5. Meningkatkan sistem imun tubuh

Buah senna jadi salah satu bahan alami yang mengandung banyak komponen bioaktif seperti vitamin dan mineral. Kandungan tersebut bermanfaat untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. 

Dengan imun yang optimal, tubuh akan memiliki proteksi yang lebih baik, sehingga terhindar dari risiko infeksi akibat virus dan bakteri. 

Tips Aman Mengonsumsi Buah Senna

Buah senna dikenal sebagai tanaman pencahar alami yang membantu merangsang pergerakan usus. Meski bermanfaat, penggunaannya perlu hati-hati agar tidak menimbulkan efek samping.

Berikut beberapa tips aman yang bisa kamu terapkan:

1. Gunakan sesuai dosis yang dianjurkan

Buah senna bekerja kuat sebagai laksatif. Mengonsumsi terlalu banyak bisa menyebabkan diare berlebihan, kram perut, dan gangguan keseimbangan elektrolit. Selalu ikuti dosis pada kemasan atau anjuran tenaga kesehatan.

2. Hindari penggunaan jangka panjang

Senna sebaiknya digunakan untuk kondisi sembelit jangka pendek. Pemakaian rutin dalam waktu lama dapat membuat usus menjadi “ketergantungan” dan sulit bekerja tanpa bantuan laksatif. Konsultasikan ke dokter jika konstipasi berlangsung lebih dari satu minggu.

3. Minum cukup air

Agar efek laksatif bekerja optimal dan mencegah dehidrasi, pastikan kamu minum air yang cukup selama menggunakan senna. Ini juga membantu mengurangi risiko kram usus yang muncul akibat peningkatan pergerakan saluran cerna.

4. Waspadai interaksi dengan obat lain

Buah senna dapat berinteraksi dengan obat diuretik, kardiovaskular, kortikosteroid, atau obat yang memengaruhi kalium. Beri tahu dokter jika kamu sedang rutin mengonsumsi obat tertentu agar tidak terjadi komplikasi.

5. Tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui tanpa pengawasan dokter

Penggunaan senna pada ibu hamil dan menyusui perlu berhati-hati karena dapat memicu kontraksi usus yang kuat. Pastikan hanya digunakan bila direkomendasikan oleh dokter.

6. Perhatikan kondisi medis tertentu

Orang dengan penyakit radang usus, obstruksi usus, penyakit Crohn, kolitis ulseratif, atau nyeri perut tanpa penyebab jelas sebaiknya menghindari senna. Kondisi ini dapat memburuk dengan konsumsi laksatif merangsang.

7. Perhatikan tanda efek samping

Jika muncul kram perut hebat, diare parah, pusing, jantung berdebar, atau urine menjadi sangat gelap, segera hentikan penggunaan dan konsultasikan ke dokter.

Apakah Daun Senna Juga Bisa Digunakan?

Selain buahnya, daun senna juga dikenal luas sebagai bahan herbal yang memiliki efek pencahar. Daun ini mengandung senyawa aktif bernama sennosida, yaitu zat yang bekerja merangsang pergerakan usus sehingga membantu mengatasi sembelit.

Karena sifatnya yang cukup kuat, daun senna memang bisa digunakan, tetapi tetap perlu memperhatikan aturan pakai dan kondisi tubuh masing-masing.

Secara tradisional, daun senna dikonsumsi dalam bentuk teh atau ekstrak. Namun, efektivitasnya tidak jauh berbeda dengan buah senna, keduanya bekerja dengan mekanisme yang sama pada usus besar. Meski begitu, tingkat kepekaan tiap orang terhadap daun senna bisa bervariasi.

Pada sebagian pengguna, daun senna lebih cepat memicu kram perut dibandingkan bentuk buah atau sediaan modern.

Penggunaan daun senna juga harus diperhatikan dari segi keamanan. Herbal ini hanya dianjurkan sebagai solusi jangka pendek untuk konstipasi, bukan untuk penggunaan rutin harian.

Ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, dan orang dengan penyakit radang usus atau gangguan pencernaan tertentu sebaiknya tidak menggunakan daun senna tanpa arahan dokter.

Singkatnya, daun senna memang bisa digunakan, tetapi efektivitas dan keamanannya tetap perlu dipertimbangkan. Berkonsultasi dengan dokter akan membantumu menentukan dosis dan durasi yang aman sesuai kondisi kesehatanmu.


Sumber : halodoc.com