Zat aditif adalah bahan tambahan yang dimasukkan ke dalam makanan selama proses memasak. Fungsinya memperlambat proses pembusukan makanan, menjaga nilai gizi dan membuat tekstur kue jadi lebih empuk.
Zat aditif seperti MSG, pewarna buatan, natrium nitrit, guar gum dan sirup jagung tinggi fruktosa umum digunakan dalam beberapa jenis makanan. Beberapa di antaranya snack atau ciki, mie instan dan makanan siap saji.
Batasan jumlah harian zat aditif yang masuk ke dalam tubuh sebesar 120 miligram per kilogram berat badan. Kalau berlebihan, efek keracunan, kerusakan saraf, kejang-kejang, kelainan pertumbuhan, bahkan kemandulan bisa saja terjadi.
Jenis-Jenis Zat Aditif untuk Makanan
1. Monosodium glutamat (MSG)
MSG adalah contoh zat aditif yang digunakan untuk memberikan rasa gurih pada makanan. Bahan ini kerap dicampurkan pada makanan beku, daging olahan, mie instan, keripik, sup kalengan dan hidangan siap saji.
Tak hanya meningkatkan cita rasa saja, MSG juga mengandung lebih sedikit natrium ketimbang garam. Karena itu, penggunaan zat aditif ini tidak memberikan efek peningkatan tekanan darah pada pengidap hipertensi.
Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan, MSG dikaitkan dengan penambahan berat badan dan sindrom metabolik (sekelompok gangguan yang terjadi bersamaan).
Sindrom metabolik meningkatkan risiko penyakit kronis, termasuk sakit jantung, stroke dan diabetes tipe 2. Dalam kondisi ini, tubuh memberikan sinyal berupa sakit kepala, berkeringat dan mati rasa.
2. Pewarna makanan
Pewarna makanan membuat tampilan hidangan jadi lebih menarik, mempertajam hingga memberikan variasi warna. Zat aditif ini tak hanya digunakan dalam makanan saja, tapi juga minuman.
Jika dikonsumsi berlebihan, zat aditif ini berdampak pada alergi, insomnia, kerusakan kromosom, rusaknya sel saraf, kanker, gangguan hiperaktif pada anak dan iritasi saluran pencernaan.
Untuk menghindari beberapa dampak yang disebutkan tadi, kamu disarankan untuk menggunakan pewarna alami dari sayuran atau buah-buahan. Beberapa di antaranya daun pandan, daun suji, delima, buah naga dan bit.
3. Natrium nitrit
Zat aditif ini sering digunakan pada daging olahan guna mencegah pertumbuhan bakteri sekaligus menambahkan rasa asin. Namun, dampaknya bisa terjadi jika makanan terkena suhu panas.
Suhu panas memicu terbentuknya asam amino dalam makanan. Proses ini membuat natrium nitrit berubah menjadi senyawa nitrosamin. Senyawa inilah yang menimbulkan efek negatif pada tubuh.
Beberapa dampaknya termasuk peningkatan risiko kanker pada perut, payudara, kandung kemih dan usus besar. Selain beberapa jenis kanker, nitrosamin juga dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 1.
4. Guar gum
Zat aditif ini tersusun dari banyak rangkaian gula seperti pati, kitin dan selulosa. Guar gum umum dipakai sebagai pengental tekstur makanan. Beberapa di antaranya es krim, saus salad dan krim sup.
Zat aditif ini mengandung tinggi serat yang dapat mengurangi intensitas gejala sindrom iritasi usus seperti kembung dan sembelit. Guar gum juga memberikan rasa kenyang lebih lama sehingga nafsu makan jadi lebih terkontrol.
Namun, mengonsumsi guar gum dalam jumlah berlebihan memberikan efek buruk pada kesehatan. Zat aditif ini berpotensi menyebabkan masalah seperti penyumbatan pada kerongkongan dan usus kecil.
5. Sirup jagung tinggi fruktosa
Seperti namanya, zat aditif ini terbuat dari jagung dan sering ditemukan pada soda, jus, permen, sereal sarapan dan makanan ringan. Di dalamnya mengandung gula sederhana yang disebut fruktosa.
Dalam jumlah berlebihan, fruktosa dikaitkan dengan peningkatan berat badan dan risiko diabetes. Zat aditif ini menyebabkan penumpukan lemak perut dan kadar gula darah dalam tubuh.
Bahaya Zat Aditif untuk Kesehatan
Meskipun diizinkan dalam industri makanan, konsumsi zat aditif berlebihan tetap dapat memberikan dampak negatif bagi tubuh.
Risiko ini sangat dipengaruhi oleh frekuensi konsumsi, kondisi kesehatan, hingga usia seseorang. Berikut bahaya yang mungkin muncul:
- Gangguan metabolik dan peningkatan berat badan
Zat aditif seperti MSG dan sirup jagung tinggi fruktosa dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, resistensi insulin, dan sindrom metabolik, yang dapat memicu penyakit kronis seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. - Risiko kanker
Nitrosamin yang terbentuk dari natrium nitrit ketika terkena panas berpotensi meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker lambung, kandung kemih, payudara, dan usus besar. - Kerusakan saraf dan otak
Pewarna buatan dan beberapa bahan tambahan diketahui dapat memengaruhi sistem saraf, terutama pada anak-anak. Reaksi seperti hiperaktif, gangguan belajar, atau masalah fokus sering dikaitkan dengan konsumsi berlebihan. - Iritasi saluran pencernaan
Pewarna sintetis dan pengental tertentu dapat memicu iritasi lambung, diare, atau kembung. Pada beberapa orang, zat aditif dapat menyebabkan alergi makanan yang ditandai dengan gatal, bengkak, atau ruam. - Gangguan fungsi organ
Konsumsi jangka panjang zat aditif tertentu dapat memengaruhi fungsi hati dan ginjal, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah melampaui batas aman harian (120 mg/kg berat badan). - Risiko penyumbatan pencernaan
Guar gum yang dikonsumsi berlebihan berpotensi menyebabkan penyumbatan pada kerongkongan atau usus kecil, terutama jika tidak diimbangi dengan asupan cairan yang cukup.
Karena risiko-risiko ini dapat muncul secara bertahap, penting bagi kamu untuk membaca label makanan, membatasi konsumsi produk olahan, dan lebih banyak memilih bahan segar dalam menu harian.
Alternatif Bahan yang Lebih Aman
Meskipun zat aditif umum dipakai untuk meningkatkan cita rasa, warna, atau daya simpan makanan, kamu tetap bisa memilih alternatif yang lebih aman, terutama jika ingin meminimalkan risiko kesehatan jangka panjang.
Sejumlah bahan alami berikut dapat menggantikan fungsi zat aditif buatan tanpa memberikan efek samping berlebihan:
- Penyedap rasa alami
Daripada menggunakan MSG berlebihan, kamu bisa memilih kaldu ayam atau sapi rumahan, jamur, rumput laut, bawang putih, bawang merah, atau tomat. Bahan-bahan ini mengandung glutamat alami yang memberikan rasa gurih tanpa risiko berlebih. - Pewarna alami
Warna-warna menarik bisa kamu dapatkan dari bahan segar seperti daun suji dan pandan (hijau), buah naga dan bit (merah), kunyit (kuning), dan bunga telang (biru). Selain aman, warna alami juga menambah nilai gizi. - Pengawet alami
Cuka, garam, gula, lemon, dan madu sudah digunakan sebagai pengawet sejak lama. Senyawa antioksidan di dalamnya membantu memperlambat proses pembusukan makanan tanpa menambah risiko kanker atau kelainan sel. - Pengental alami
Tepung maizena, tepung tapioka, agar-agar, gelatin, dan chia seed dapat digunakan sebagai pengental makanan. Selain aman, sebagian juga menawarkan manfaat kesehatan, seperti serat yang membantu pencernaan. - Pemanis alami
Jika ingin menghindari sirup jagung tinggi fruktosa, kamu bisa memilih madu murni, gula kelapa, kurma, atau maple syrup. Meski tetap harus dibatasi, alternatif alami tidak memberikan efek merusak metabolisme sekeras fruktosa dalam jumlah tinggi.
Dengan menggunakan bahan-bahan alami ini, kamu dapat mengurangi paparan zat aditif sintetis dan meminimalkan risiko gangguan kesehatan jangka panjang.
Sumber : halodoc.com

