Senin, 01 April 2019 18:14:06
Apabila Anda memiliki resolusi untuk menjadi seseorang yang lebih bahagia di tahun ini, maka mulailah dengan mementingkan kesehatan pikiran Anda terlebih dahulu.
Di banyak kesempatan, terkadang yang menghalangi diri untuk menjadi lebih bahagia adalah diri kita sendiri, salah satunya, dengan pemikiran-pemikiran toxic--atau beracun yang menghambat banyak potensi dan ketenangan diri Anda.
Dilansir Huffpost, berikut lima pemikiran tak sehat yang harus segera Anda basmi untuk menjalani hidup yang lebih bahagia dan menenangkan. Apa saja?
"Saya akan kerjakan nanti."
Bermalas-malasan kadang memang menyenangkan, maka tak heran kita cenderung menunda suatu pekerjaan. Namun, perlu diketahui, saat Anda menunda pekerjaan, hal tersebut hanya akan menambah stres dan beban Anda nantinya.
"Biasakan untuk memiliki list pekerjaan yang harus diselesaikan. Buatlah tujuan setiap harinya, tuliskan, dan kerjakan," papar Lucas D. Saiter, psikoterapis dari New York, Amerika Serikat.
"Mementingkan diri sendiri adalah hal yang egois."
Tak dapat dipungkiri, kita sering merasa bersalah jika menempatkan kepentingan diri sendiri di atas orang lain. Tapi, perlu diketahui bahwa di banyak kesempatan Anda harus memikirkan diri sendiri terlebih dahulu. Bukan berarti Anda egois, ini adalah bentuk mencintai dan menghargai diri sendiri, bahwa kesehatan pikiran Anda adalah nomor satu.
"Menjaga diri sendiri adalah sebuah investasi yang menguntungkan untuk diri sendiri, juga orang-orang yang Anda cintai. Jadi, tak masalah untuk mengatakan 'tidak' kepada seseorang jika hal tersebut lebih menguntungkan," papar Shainna Ali, konsultan kesehatan mental berlisensi dari Orlando, Florida.
"Kehidupan mereka lebih baik dari kehidupan saya."
Hal ini sering terjadi pada kita semua, terutama dengan pengaruh sosial media yang menampakkan seolah kehidupan tampak sempurna dan membahagiakan.
Namun, perlu Anda pahami bahwa setiap orang memiliki permasalahan hidup yang berbeda-beda. Dan setiap orang akan menunjukkan kualitas hidup terbaik mereka lewat sosial media.
"Apa yang Anda lihat hanyalah permukaan dari kehidupan seseorang. Dalam kata lain, orang lain memilih apa yang boleh Anda lihat. Anda mungkin berpikir hidup Anda buruk hanya karena orang lain memiliki kekayaan yang melimpah, keluarga yang harmonis, pekerjaan yang baik, pasangan yang tampan, dan rumah yang mewah. Tapi Anda tak pernah tahu apa yang ada di balik pintu mereka. Orang yang Anda anggap memiliki hidup terbaik, bisa saja menyedihkan saat tak ada orang yang melihat," papar Ree Langham, psikolog dan penulis ParentingPod.
"Seharusnya saya tidak merasakan hal seperti ini."
Terkadang kita tak sadar, bahwa pengkritik terbesar diri adalah diri kita sendiri. Terutama, jika hal tersebut berhubungan dengan perasaan. Kita sering menyalahkan diri sendiri mengapa merasakan suatu perasaan yang dirasa tidak tepat.
"Mengkritik dan menyalahkan diri sendiri atas perasaan yang dialami adalah seperti menyalahkan tubuh yang memiliki suhu badan. Itu semua di luar kendali Anda," ungkap Tina Gilberston, psikoterapis dari Denver, Amerika Serikat. "Kita terkadang berpikir bahwa kita harus mengatasi emosi dan perasaan yang dimiliki, namun jika Anda pikirkan baik-baik, hal itu tidak mungkin. Jika kita bisa memilih sebuah perasaan, bukankah seharusnya kita bisa bahagia terus menerus?"
Ia menambahkan, kita akan merasa lebih baik, jika menerima semua perasaan yang berkecamuk dalam diri. Membiarkannya mengalir hingga pulih dengan sendirinya.
"Saya akan bahagia ketika..."
Mengikat kebahagiaan Anda terhadap sesuatu, baik seseorang, prestasi atau pekerjaan, adalah hal yang berbahaya. Nicole Issa, psikolog dari New York menyarankan untuk mengubah pola pikir Anda bahwa kebahagiaan dapat dicari lewat hal-hal sederhana.
Saat Anda menitikberatkan arti kebahagiaan kepada sesuatu yang tidak pasti, hal tersebut akan membuat Anda kecewa dan semakin bersedih hati ketika tak berjalan sesuai harapan. Maka, alangkah lebih baik, untuk menemukan kebahagiaan karena diri Anda sendiri.
*Sumber: kumparan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar