Selasa, 06 Agustus 2019 17:48:59
“Anda jangan julid,” kalimat ini populer di masyarakat sejak beberapa tahun lalu, termasuk di antara para ibu. Mulanya, penyanyi Syahrini yang dikenal dengan jargonnya yang menggelitik dan khas, mengeluarkan kata-kata tersebut untuk menyindir haters-nya agar tidak terlalu repot dengan urusannya. Sontak, kata itu akrab di telinga dan sering digunakan untuk seseorang yang kerap membicarakan orang lain.
Syahrini yang memiliki darah Sunda, tentu saja sudah paham apa arti julid. Menurut kamus Bahasa Sunda, julid berasal dari kata binjulid yang artinya iri hati atau dengki. Berarti, tidak salah jika Syahrini kerap menggunakan kata itu untuk membalas para haters yang tidak suka dengannya.
Selain julid, kita -para Ibu, tentu juga akrab dengan kata nyinyir. Bahkan, nyinyir banyak digunakan sebagai nama akun gosip di Instagram dengan sebutan Lambe Nyinyir. Menurut KBBI, nyinyir berarti cerewet sedangkan lambe memiliki arti mulut atau ucapan. Ya, pastinya akun itu berisi perihal ‘mengurusi dan mengkritisi’ kehidupan artis dengan caption bermakna sindiran.
Hebohnya jargon Syahrini dan maraknya akun gosip, membuat kita tidak asing dengan dua kata tersebut. Lama-kelamaan, kata julid dan nyinyir kerap kita berikan pada orang yang senang membicarakan orang lain. Termasuk membicarakan gaya pengasuhan atau pilihan-pilihan ibu lain, mungkin?
Lantas, apa efek negatif dari julid dan nyinyir?
Menurut psikolog klinis dan hipnoterapis Alexandra Gabriella., M.Psi, Psi. C.Ht, julid dan nyinyir dilakukan atas dasar iri. Walaupun tidak selalu berhubungan dengan dorongan kompetitif yang tinggi, biasanya ini hanya menyebarkan kejelekan orang lain saja untuk merasa ‘menang’.
“Sehingga ketika kita bisa membuat orang lain terlihat buruk, kita merasa ‘lebih baik’ dari orang tersebut,” jelasnya.
Alexandra menuturkan, orang yang suka julid biasanya cenderung mencari tahu segala sesuatu tentang orang yang dijadikan bahan gosip. Maka, tanpa disadari kita selalu membandingkan kondisi dengan orang tersebut. Sehingga kita pun bisa terus merasa ‘kurang’
Sedangkan Indah Sundari., M.Psi, menganggap julid atau nyinyir sudah menjadi budaya. “Akhirnya itu dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Kenapa banyak terjadi pada perempuan? Karena pada dasarnya perempuan memang suka berbagi cerita soal apapun termasuk julid dan nyinyir,” ucap Founder Aditi Psychological Center itu.
Indah menjelaskan, julid dan nyinyir mempunyai dampak negatif pada psikis. Mereka yang gemar melakukan julid dan nyinyir akan sulit melihat sisi positif dan susah mengembangkan diri ke arah yang lebih baik. Parahnya, tambah Indah, sikap nyinyir dan julid bisa berkembang menjadi sikap benci berlebihan pada seseorang. Kalau sudah begitu, akan ada keinginan untuk berbuat jahat pada orang tersebut.
Pastinya, kita tidak mau jadi sosok yang selalu berpikir negatif kan, Moms? Bila kita seringkali berpikir negatif terhadap orang lain, itu bisa mengganggu kesehatan mental dan sulit membuat diri kita bahagia. Merasa lebih baik karena kekurangan orang lain, benci berlebihan, hingga sulit mengembangkan diri menjadi efek negatif dari sikap julid dan nyinyir.
Kalau sudah menyadari bahwa diri kita kerap berlaku nyinyir dan julid pada orang lain, kita masih bisa menghindari sikap itu.
“Caranya; cari kegiatan yang lebih positif, lebih menghargai dan menyayangi diri sendiri, hindari membandingkan diri kita dengan orang lain, dan menerima diri kita sendiri,” jelas Alexandra Gabriella, psikolog yang berpraktik di Smart Mind Center Alam Sutera.
Indah Sundari menambahkan, untuk tidak mengikuti akun-akun media sosial yang mengarahkan kita untuk julid.
“Kalau ada teman yang mulai julid, kita ingatkan, tapi kalau dia tidak mau diingatkan lebih baik kita yang pergi,” tutupnya.
Daripada julid atau mengikuti orang-orang yang suka julid, lebih baik gunakan waktu untuk membaca buku dan artikel yang positif dan memilih lingkungan yang positif pula. Yang bisa mendorong kita untuk jadi ibu yang lebih baik lagi, mungkin?
*Sumber: kumparan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar