Minggu, 27 Oktober 2019 18:30:00
Kementerian Kesehatan meminta
masyarakat untuk mewaspadai dampak kesehatan yang dapat muncul seiring
dengan kondisi panas yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia
hingga sepekan ke depan.
"Ada kenaikan angka kasus yang terkait dengan perubahan
cuaca," kata Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Dr. Achmad Yurianto dalam temu
media di Kemenkes, Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan pada kondisi tertentu dan pada kelembapan tertentu serta suhu tertentu, populasi nyamuk meningkat dengan cepat.
Jika nyamuk tersebut merupakan vektor penyakit, ia
memperkirakan pada periode suhu panas ini akan ada peningkatan kasus
demam berdarah, cikungunya, malaria dan lain sebagainya, meski jumlahnya
tidak signifikan.
"Kecuali jika (angka kasus) dua kali lipat dari kondisi sebelumnya, baru disebut kejadian luar biasa (KLB)," katanya.
Selain adanya potensi peningkatan kasus demam berdarah,
suhu panas yang disertai angin kencang saat kering akan menyebabkan
partikel debu tetap bertahan.
Hal tersebut akan cukup signifikan meningkatkan kasus
gangguan pernapasan, dari yang sederhana diawali dengan alergi yang
kemudian dapat memunculkan influensa like illness (ILI) hingga infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) jika disertai dengan alergi.
"Angka-angka ini naik semuanya. Terlebih jika ada perilaku
yang memanfaatkan panas terik dengan membakar gambut sehingga
menyebabkan kabut asap," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) mengatakan fenomena suhu panas akan terus terjadi hingga sepekan
ke depan di sebagian besar wilayah Indonesia.
"Fenomena suhu panas tersebut terjadi karena beberapa
faktor, antara lain karena titik kulminasi matahari yang masih berada di
wilayah Jawa ke daerah selatan dan kondisi cuaca cerah di wilayah
Indonesia yang saat ini masih mendominasi," kata Kepala Bidang Prediksi
dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin dalam kesempatan yang
sama.
Cuaca cerah tersebut terjadi karena karena ada fenomena
anomali suhu dingin di wilayah perairan Indonesia yang menyebabkan
pertumbuhan awan hujan sangat sulit terbentuk di Wilayah Sumatera, Jawa
dan sekitarnya. [lis]
Sumber; tempo.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar