Selasa, 13 Oktober 2020 18:21:07
Rasanya, setiap orangtua pasti pernah memarahi anaknya. Tapi, tentu
masing-masing orangtua punya kadar dan cara yang berbeda ketika marah
pada anaknya. Nah, yang tak disadari, ada dampak psikis yang terjadi
pada anak setelah dimarahi orangtua.
Psikolog daro RSIA Bina
Medika Bintaro, Tanti Diniyanti, S. Psi, menyebut bahwa umumnya para ibu
akan merasakan penyesalan dan rasa bersalah begitu memarahi anak.
Terlebih jika anak menangis. Anak menangis adalah tanda anak merasa
tidak nyaman secara psikologis dan juga merasa takut.
Tanti
mengatakan bahwa sepatutnya memarahi anak sebaiknya dihindari, karena
anak yang menjadi korban akan mengalami trauma berkepanjangan hingga
dewasa nanti.
“Ibaratnya membuat luka hati anak, kemudian itu
menjadi pola semakin mendalam dan itu bisa menjadi potensi yang
berbahaya di masa yang akan datang,” ujar Tanti ketika memberi
keterangan melalui Instagram live Orami Parenting beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan, anak itu punya bagian memori mendalam sejak berusia 2
tahunan. Dan pada anak usia 3 tahun, ada tema tertentu yang diulang,
karena itu anak akan selalu mengingatnya hingga dewasa nanti.
Dampak
panjangnya, anak akan selalu meniru perilaku orangtua. Dan, semakin
sering orangtua memarahi, besar kemungkinan anak akan mengikuti perilaku
yang dilakukan oleh orangtua terhadapnya.
Lebih lanjut, kata
Tanti, kebiasaan memarahi anak akan memperburuk hubungan keluarga,
karena anak yang dimarahi akan timbul rasa kesal, bahkan seringkali
memberontak terhadap orangtua. Anak juga akan mudah menangis, karena ia
merasa kurang mendapatkan rasa aman dan nyaman yang seharusnya ia dapat
dalam keluarga. Hal ini bisam embuat anak tidak akan mudah percaya
dengan orangtua lagi.
“Nah, ini terburuknya mengalami depresi.
Karena apa yang dilakukan orangtua akan mempengaruhi psikisnya. Anak
akan memiliki sifat menjadi pendiam, pemurung, dan kurang ekspresif.
Bahkan, beberapa kasus menunjukan anak akan mengalami gangguan tidur dan
makan,” jelasnya.
Dia pun menyarankan, untuk orangtua sebaiknya
hindari emosi, lakukan leveling atau menyamakan suara dengan anak, dan
menyatukan hati, pikiran, dan orangtua perlu mengajukan pertanyaan yang
tidak mengintervensi.
“Mengajari anak mengeluarkan pendapatnya
itu lebih baik, daripada kita terbawa emosi. Dan selalu lakukan diskusi
bersama dan diakhiri selalu dengan memberikan pelukan untuk anak,”
tuturnya.
*sumber: suara.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar